Kamis, 11 Oktober 2018

Resensi


Persatuan dalam Melawan Penindasan

               
Judul                :  Sekali Peristiwa di Banten Selatan
Penulis             :  Pramoedya Anata Toer
Penerbit           :  Lentera Dipantara
Tahun Terbit    :  2013
Cetakan           :  Juni 2006
Tebal               :  128  hlm; 13 x 20 cm
 Nomor ISBN    :  979-97312-15-6
            Cerita dalam novel ini penulis terinspirasi dengan kehidupan Banten Selatan pada tahun 1957. Pramoedya Anata Toer dalam kata pengantar di novel ini mengungkapkan bahwa cerita ini ditulis berdasarkan hasil wawancara terhadap penduduk di sekitar Banten Selatan walaupun kenyataan nya terdapat sedikit tambahan pengembangan cerita, namun ide dalam kisah dalam novel ini berasal dari kunjungan singkat Penulis dengan melakukan wawancara.
            Isi dari Novel ini menggambarkan sebuah Desa yang tanah nya subur namun penduduknya tidak sejahtera. Tanahnya yang subur tapi penduduknya miskin, kerdil, tidak berdaya, dan lumpuh daya kerjanya. Kondisi daerah Banten Selatan sebenarnya kaya akan sumber daya alam, namun belum tergarap secara maksimal dan terabaikan oleh pembangunan. Penduduk setempat terpaksa harus menyerahkan segala sumber daya yang mereka miliki agar mampu bertahan terhadap tantangan masa depan.
            Tokoh utama dalam Novel ini adalah Ranta. Ranta merupakan seorang buruh. Lewat Tokoh yang ditulis oleh penulis ini. Penulis ingin mencurahkan gagasan dan semangatnya untuk melawan sebuah penindasan. Ranta yang memiliki sikap pemberontak atas penindasan yang dia rasakan membuat dendam melawan DI dengan cara menyakinkan penduduk setempat untuk bersatu melawan sebuah kejahatan.
            Kover dalam Novel ini di desain konsepnya ada kaitanya dengan isi cerita. Tergambar sosok lelaki kurus yang memakai penutup kepala berwarna merah bisa di analisis bahwa orang yang tergambar dari novel itulah peran utama yaitu Ranta. Isi dalam novel ini pula terdapat penggambaran sosok Ratna yaitu Seorang berumur 39 tahun tubuhnya tinggi, penuh otot-otot kasar yang menandakan bahwa ia banyak berkerja keras tetapi kurang mendapatkan makan yang baik karena terlihat kurus. Tergambar juga beberapa Orang sedang berkerja di sawah di dalam isi novel ini pembaca juga di ajak merasakan kisah kehidupan pendudukan pada tahun 1957.
            Kisah awal dalam novel ini menggambarkan suasana alam di sebuah Desa. Desa yang subur akan berbagai tanaman yang bisa di komsumsi penduduk itu namun karena penindasan penduduknya tak bisa mencicipi keseluruhan hasil kesuburan tanahnya. Tokoh utama yaitu Ratna hidup dalam jerat kemiskinan. Seorang buruh miskin . Kekurangan gizi karena arsupan makan nya yang tidak baik. Istrinya bernama Ireng yang sering sekali meneluh atas kemiskinan dan kekacauan keamanan akibat perang.
            Musa merupakan tokoh Antagonis yang di gambarkan penulis. Seorang juragan yang makmur dan selalu berpakaian rapi. Ia berpakaian jas tutup cokelat, bersarung pelikat, dan berpeci tinggi hitam berkembang sutera. Ia berumur kurang lebih empat puluh tahun. Konflik dalam novel ini muncul berawal dari kedatangan Musa menemui Ratna. Kedatangan Musa itu karena ingin memeritah lelaki miskin yaitu Ranta untuk mencuri sebuah bibit karet untuknya. Dengan memberikan upah berupa uang sebagai imbalan awal. Ranta yang mengalami perekonomian sangat kurang menjalankan tugas Musa meskipun upah tersebut tidak sepadan dengan resiko pekerjaanya. Ranta memberikan upah pertamanya kepada istrinya.
            Juragan Musa merupakan seorang yang suka memperbudak rakyat kecil. Juragan Musa merupakan musuh dalam selimut di daerah Banten Selatan ia merupakan anggota DI yaitu Daarul Islam. Gerombolan Di selalu memaksa rakyat untuk memperbudak, mengobrak-abrik pasar, bahkan merampas, menyiksa, dan lebih kejamnya membunuh. Penduduk Baten Selatan heran kepada Juragan yang tak pernah sekalipun diusili DI. Padahal Musa merupakan tuan tanah kaya.
            Ranta yang sudah menjalankan tugas dari Musa yaitu Mencuri bibit karet tak mendapatkan upah tambahan, namun tetap merampas hasil curian Ranta. Upah tambahan tak diberikan hanya sebuah siksaan yang diterima lalu mengusir Ranta begitu saja dengan ancaman akan melaporkan Ranta.
            Pramoedya Anata Toer menulis novel ini dengan mengajak pembaca terbawa pada kisah Bnten Selatan dimana masa itu penindasan yang dilakukan oleh orang yang lemah. Tokoh Ranta merupakan tokoh yang dia ceritakan sebagai sosok mengubah keadaan tersebut. Desa yang subur namun rakyat nya sengsara akan penindasan membuat Ranta bosan menerima penindasan yang dia terima dan dia tak ingin lagi berputus asa.
            Suatu hari ketika Musa datang lagi Ranta tidak bisa menahan amarahnya. Musa ketakutan dan melarikan diri. Karena ketakutanya Ia lalai dan meninggalkan sebuah Tas dan Tongkat. Inilah awal terbongkarnya kejahatan Musa.
            Tak hanya itu terbongkarnya kejahatan Musa terbongkar saat bertengkar dengan Istrinya dalam pertengkaran itulah terdengar bahwa Musa mengaku sebagai seorang pertinggi DI. Istrinya tambahmarah karena orang tuanya adalah korban DI. Komandan Baten Selatan yang mendengar pengakuan Musa langsung muncul di hadapan nya. Musa yang membantah atas pengakuan nya sebagai anggota DI tak membuat Komandan Baten Selatan percaya. Karena bukti-bukti tas yang berisi surat-surat penting dalam tasnya.
            Ranta yang membawa bukti-bukti surat itu terancam keselamatan nya. Upaya pembangkaran rumah nya sudah terlaksana atas perintah Musa namun Ranta tidak berada di Rumah hal itu di di ketahui Komandan Banten Selatan. Banyaknya bukti-bukti tersebut membuat juragan Musa menjadi tahanan Komandan. Semua itu berkat laporan dari Ranta, Ireng, dan Radjali ( bawahan juragan Musa) yang ternyata ada di pihak Ranta Komandan.
            Hal tersebut membuat segerombolan Darul Islam (DI) Sudah kembali untuk membalas dendam. Sebelum segerombolan menyerbu,  Ranta memiliki sebuah strategi dengan menyatukan seluruh masyarakat Banten Selatan untuk membantu komandan dan pasukannya dalam melawan DI. Ranta juga membuat suatu jebakan dan senjata dari barang apapun yang digunakan seperti bambu.
            Rencana menyatukan Rakyat berhasil dan pada akhirnya kemenangan yang di dapat dalam pertarungan melawan DI. Karena kejadian itu mereka hidup membaik di tanah kesuburanya mereka bisa menikmatinya.
            Novel ini beralur maju karena penulis menyajikan kisah ini dengan menggambarkan kengsesaraan rakyat, persatuan rakyat lalu kemenangan rakyat, dan novel ini mengisahkan yang tertahap awal yaitu pengenalan, pemunculan masalah, menuju Konflik lalu penyelesaian. Sebuah kisah yang berujung Happy Ending  hal ini membuat pembaca atau penikmat merasa lega atas kisah tragis yang berujung sebuah kebahagiaan. Isi dalam kisah ini berkisah sejarah penjajahan sebelum Indonesia Merdeka.
            Penulis Pramoedya Ananta Toer lahir pada 1925 di Blora, Jawa tengah, Indonesia. Dimasa hidupnya dia pernah mengalami kehidupan 3 tahun di penjara pada zaman penjajahan lewat tulis-tulisanya dia ingin menyampaikan sebuah pesan bahwa persatuan lah yang mengalahkan sebuah penindasan yang kerap kari di alami oleh masyarakat Indonesia.
            Kisah dalam novel ini hanya tertuju dari satu permasalahan. Novel ini terdapat amanat penulis yang menggugah hati pembaca salah satu amanat nya adalah menjujung tinggi sebuah kebenaran dan persatuan. Maka dari itu menurut saya pribadi Novel ini sangat cocok di baca anak zaman Now  karena belakangan ini terjadi pengeroyokan suporter Persija yang membuat hati miris karena pertandingan antar daerah membuat persatuan kita akan memudar. Ingatlah bahwa kita menjujung tinggi persatuan dan kesatuan. Kisah pertempuran yang menumpahkan darah dahulu kalah sudah mempersatukan untuk melawan penindasan apa karena demi pertandingan itu kita tak ingat masa-masa lampau dahulu. Novel ini sangat berguna untuk menumbuhkan rasa nasionalisme bangsa.
(Okta Viyani Ningsih, mahasiswa Universitas PGRI Semarang Semester 7)
           

Rabu, 03 Oktober 2018

RESENSI NOVEL: HAWA Karya : Riani Kasih

BILA MEMUTUSKAN HAWA NAFSU



Judul               :  Hawa
Penulis             :  Riani Kasih
Penerbit           :  PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit    :  2013
Cetakan           :  Juli  2013
Tebal               :  260 hlm; 20 cm
       Genre              :   Novel Romantis
       Nomor ISBN    :  978-979-22-9759-1
       Harga                 :  Rp.45000
            Novel ini berjudul  Hawa. Hawa adalah nama seorang gadis yang menjadi salah satu tokoh, dan peran utama dalam cerita tersebut. Menceritakan tentang  kisah cinta Hawa yang berawal dari Kepulangan Hawa, Adiknya luna, dan Ayahnya praba ke rumah omanya di Desa Sejirem, Kapuas Hulu, Kalimatan Barat. Desa yang menyimpan banyak kenangan akan masa kecil Hawa, Adiknya luna, dan juga kenangan Praba akan mediang istrinya. Desa ini juga sebagai tempat untuk Hawa menenangkan diri dari Rasa kepedihan.
            Kekecewaan mengantarkan Hawa dalam kesedihan. Hari-hari yang ia lewati kini semua terasa sunyi. Ia lupa hari, dan tanggal, tak peduli sudah jam berapa. Kadang ia merasa waktu berjalan lambat dan terkadang amat cepat. Kini yang ia rasakan hanyalah kepedihan yang mendalam. Sakit hati yang menyebabkan mata, kepala, dan pikiran ikut merasakan kesedihan batin Hawa. Dua bulan lebih yang ia lakukan hanya menyediri mengurungkan diri dalam kamar, dan tidak berkomunikasi dengan siapa pun selain dengan Oma naning, Luna, dan Ayahnya.
            Setelah nyaris menyediri di dalam kamar, akhirnya Hawa menyadari tak semestina kepedihan harus terpikirkan, dan membuatnya tak punya harapan untuk larut dalam kesedihan. Hawa mencoba untuk hidup normal dengan melakukan aktivitas-aktivitas seperti biasanya. Memotret, menanam anggrek, membaca buku, dan menulis. Sampai-sampai ia bosan, dan mencoba bersepeda untuk menghilangkan kepenatan . Namun di sepanjang jalan sepedanya menabrak gundukan kayu, dan membuatnya terjatuh. Seorang Polisi yang tampan mendengar teriakan Hawa mencoba menghampiri, dan menolongnya. Semenjak itulah benih-benih cinta tubuh. Seorang pria yang mampu menghilangkan rasa trauma nya dimasa ia tak ingin merasakan jatuh cinta, Briptu Landu namanya, Sahabat dari mantan pacarnya yaitu Abhirama. Sebenarnya Hawa sudah berencana menikah dengan Abhirama karena kekesalannya kepada calon suaminya ia memutuskan membatalkan pernikahanya. Janji Abhirama lah penyebab, Hawa memutuskan pernikahanya . Janji yang semata-mata hanya ungkapan tanpa pelaksana. Abhirama berjanji akan melakukan foto untuk pre-wedding di Bali sekaligus berwisata namun Abhirama lupa memberitahu jauh-jauh hari ini membuat Hawa kesal dua hari sebelum keberangkatan Abhirama menelpon jika ia tidak bisa mewujudkan janji itu karena pekerjaan kantornya.
            Abhirama yang masih mencintai Hawa ia menyusulnya, dan meminta kembali mempersiapkan pernikahanya namun Hawa sudah melupakan Abhirama . Abhirama meminta satu kesempatan lagi untuk menembus kesalahannya namun semua itu sudah terlambat. Hawa sudah menemukan Seseorang yang ia cintai. Empat tahun menjalin hubungan dengan Abhirama tak menjamin untuk berjodoh. Landu mengetahui mantan pacarnya adalah seorang teman dekatnya merasa sedih namun ia tak bisa membohongi perasaannya lagi pula Hawa lebih memilihnya. Dua orang itu sepakat akan tetap menjalani hubungan dan berakhir dalam sebuah kebahagiaan yaitu memustuskan untuk menikah.
            Dalam pernikahannya dengan  Landu. Awal kehidupan yang baru mereka jalani dengan Bahagia. Kehidupan di jalani dengan penuh keharmonisan, dan keromantisan. Dengan menceritakan awal mula mereka bertemu, menceriakan  mulai saling menyukai, dan perlakuan suaminya yang selalu mesra kepada Hawa. Namun didalam pernikahan tak selalu berjalan secara lurus pasti ada jalan yang di lalui berbelokan. Hawa mendapat musibah pada usia pernikahannya meranjak setahun lebih semenjak ingin menjemput orang tua landu mereka mengalami kecelakaan mobil yang mereka tumpangi terperosok ke jurang . Keadaan Landu pun mengalami luka ringan tetapi istrinya Hawa mengalami kebutaan karena kepalanya terbentur dan melukai matanya.
            Meskipun keadaan Hawa tidak bisa melihat Landu tetap setia, dan menemani Hawa. Hari-hari dijalani dengan penuh rasa cinta, Kesabaran dalam menjalani sebuah musibah pernikahannya menglahirkan sebuah kebahagian . Hawa melahirkan seorang anak perempuan. Landu merasa bersyukur karena kehadiran buah hatinya menjadi sebuah harapannya untuk membahagiakan Hawa dan putri kecilnya.

Kelebihan Novel :
      Menggunakan Bahasa yang mudah di pahami, karena penjelasanya lebih terperinci dan jelas. Tokoh dalam cerita digambarkan pengarang dengan sangat jelas melalui ciri-ciri fisik, dan penggambaran sifat.
Di kamar mandi, ingatan Landu kembali pada kejadian setengah jam yang lalu. Ia terbayang wajah Hawa yang berkeringat . Gadis itu terlihat rapi. Rambutnya diikat ekor kuda. Bentuk matanya bulat, dengan warna bola mata yang kecokelatan. Terlihat angkuh tapi senyumnya menenduhkan. Alisnya melengkung sempurna. Kulitnya putih. Bibirnya tipis. Badanya sedikit kurus dengan wajah tirus.(hlm.95)
“…dia polisi baik. Bukan seperti polisi di film-film India kamu suka sama dia, Hawa?” Tanya Oma, tak menyerap rupanya.(hlm.101)
     Memilikin Alur cerita yang menarik sebab Novel ini dalam menyajikan sebuah cerita membuat pembaca sebagai penikmat cerita merasa penasaran terhadap isi karena penyebab timbulnya konflik ini karena penulis menggunakan alur campuran. Pertama menggunakan alur mundur jadi konflik tersebut di munculkan di akhir cerita hal ini membuat pembaca merasa penarasan apa penyebab Hawa mengurungkan diri, dan tak ingin berkomunikasi dengan siapa pun selain keluarganya.
      Novel ini mengakat judul sebuah nama seorang tokoh dalam cerita yang menceritakan penggambarkan isi hati seorang wanita dalam menghadapi sebuah masalah. Judul novel Hawa mebuat penasaran pembaca karena Hawa sendiri berati gadis jadi membuat daya menarik bagi pembaca mengenai berbagai amsumsi-amsumsi cerita dalam novel.
                  Novel yang berjudul Hawa menceritakan tentang sikap, dan tindakan Hawa dalam menyelesaikan masalah. Mungkin penulis menggunakan nama judul Hawa karena  Hawa itu berarti gadis. Tokoh pertama dalam  cerita di dalam novel. Bisa jadi Hawa menjadi judul novel karena bermakna seperti Hawa nafsu yang berarti perasaan atau kekuatan emosional yang besar dalam diri seseorang manusia. Dalam cerita novel ini Seorang tokoh Hawa menyelesaikan masalah dengan mendahului perasaan emosional. Menjelang pernikahan dengan abhirama, hawa membatalkan secara sepihak karena Abhirama tidak bisa hadir di acara foto pre-weding  .
Banyak kata-kata mutiara di dalam novel yang membuat daya tarik pembaca,
Ketika mencintai, kita harus siap kehilanga. Tapi siapa orang yang benar-benar siap menerima kehilangan?(hlm43)
“Mereka punya hak untuk bicara seperti itu. Kita puna hak untuk menutup telinga. Introspeksi diri sajalah.Yang penting tetap siaga kapan pun dan dimana pun. Tetap berbuat baik kapan pun dan di mana pun. Sesederhana itu.”(hlm.20)
Genre Novel Hawa adalah Novel Romantis yang menceritakan tentang kisah cinta dan kasih sayang Landu kepada Hawa. Novel bergenre seperti ini menggunakan adegan, dan dialognya banyak di dominasi oleh romatisme.
Dia atas bopongan Landu, Hawa melingkarkan tangan ke bahu leher Landu dengan kikuk.(hlm 243)
“Seperti ini…”, Landu menangkup kedua tangan Hawa.” Lalu tiup celah telapak tanganmu berulang-ulang,” terang landu lalu meniupnya. Hawa merasakan hangat napas Landu mebelai tangannya.(hlm.218)
Kelemahan Novel :
Pengarang tidak berhasil mengungkapkan klimaks secara maksimal karena permasalahan dalam novel tersebut kurang menarik dalam cerita dan konfliknya hanya tindakan Hawa dalam menyelesaikan masalah, dan kecelakaan yang membuat mata Hawa tidak bisa melihat, konflik tersebut sudah biasa dalam cerita novel.
Tampilanya kurang menarik karena memakai kertas buram
Novel ini lebih cocok untuk remaja diatas 17 tahun karena berisi konten cerita dewasa,
Ciuman Landu bertubi-tubi seolah tidak ingin berhenti.(hlm.250)

(Okta Viyani Ningsih, mahasiswa Universitas PGRI Semarang semester 7)

RESENSI NOVEL: DILEMA CINTA STORMITORY Karya : Rina Kartomisastro


DILEMA GELORA ASMARA “Pergi atau bertahan”


Judul                    :  Stormitory
Penulis                  :  Rina Kartomisastro
Penerbit                :  Bhuana Sastra
Tahun Terbit         :  2018
Cetakan                :  Cet. 1 2018
Tebal                    :  287 hlm; 20 cm
 Genre                 :   Novel Fiksi
 Nomor ISBN      :  978-602-445-268-8
  Harga                  :  Rp.62000
                       Novel fiksi ini menceritakan tentang tokoh yang bernama Ayuna Diandra merupakan seorang mahasiswa komunikasi di salah satu universitas di Jakarta. Ayuna Diandra mahasiswa semester 5 yang sedang menjalani magang di Malang. Ayuna Diandra tinggal di kos milik teman ayahnya karena faktor ekonomi keluarga Ayahnya terpaksa memutuskan agar anak nya tinggal di situ, sementara waktu. Meskipun kos tersebut adalah kos cowok, Ayuna Diandra tetap tinggal disitu, pikirnya hanya tinggal untuk waktu yang singkat yaitu 3 minggu harus ia jalani demi mengejar mimpinya yaitu ingin bekerja di Malang dan mencari cinta pertamanya disini. Meskipun awalnya ia merasa tak betah untuk tinggal disuatu The Rendom House kos khusus cowok! dan serumah dengan Bayu, cowok cool yang mengerikan.
            Penghuni cowok aneh yang kedua adalah Altof, sosok karismatik yang penuh rahasia. Penghuni ketiga ada Deva, sang playboy yang tengil maksimal, dan ada si kembar Endra dan Endru yang memiliki kepribadian bertolak belakang. Bukan itu saja karakteristik keanehan penghuni kos ini. Ada yang lebih mengerikan, bayang Ayuna Diandra.
            Kover dalam novel ini menggambarkan isi karena dari kovernya  pembaca  sudah tahu, gambaran random rumah itu dengan lima orang dengan karakter masing-masing karakter. Dilihat dari isinya Penulis dalam menggambarkan  setiap karakter sudah konsisten yang penjelasan setiap karakter sudah dibawakan secara langsung. Penulis Stormitory mampu membuat pembeda dari setiap karakter, bahkan karaker si kembarEndra dan Endru mudah untuk dibedakan. Penulis konsisten menuliskan setiap karakternya. Perubahan sifat setiap karakter juga dijelaskan dengan baik. Kalau di lihat dari sinopsisnya memang terlihat seperti novel bergenre misteri, crime tetapi sebenarnya lebih ke drama, romance. Meskipun begitu dalam novel ini tidak selalu berfokus masalah cinta saja tetapi juga masalah persahabatan dan rasa solidaritas antar sesama penghuni random house.
            Penulis Novel Stormitory  membawakan cerita dengan gaya bahasa anak remaja. bahasa sehari-hari yang enak dibaca, gambaran tokoh figur juga sanggup membuat tertawa. Sedangkan jika dilihat dari konflik yang dibawakan tidak terlalu rumit dan kategori ringan. Namun penulis menuliskan kisah ini gantung jadi tidak happy ending atau sebaliknya. Jadi pembaca merasa kecewa karena una si pemeran utama belum tahu siapa lelaki yang ada dihatinya dan ia masih belum bisa menjawab dan butuh proses berpikir.
Memilikin Alur cerita yang menarik sebab Novel ini dalam menyajikan sebuah cerita membuat pembaca sebagai penikmat cerita merasa penasaran terhadap isi karena pembaca merasa sangat penasaran terhadap konflik dalam cerita.
            Novel ini tergolong fiksi karena tidak merupakan kisah kehidupan nyata penulis di lihat dari gambaran seorang penilis dari biografi singkat tentang dirinya yang ia tuliskan yaitu perempuan tidak single yang artinya mempunyai kekasih jadi tokoh Ayunda Diandra adalah hanya tokoh sebuah imajinasi sebab dalam cerita ini sosok Ayunda Diandra perempuan yang sedang dalam mencari pasangan dan masih memilih dalam menentukan sosok pria yang pantas menjadi kekasihnya. Selain itu juga karakteristik dari penulis dan tokoh sangat berbeda hal ini yang saya nilai bahwa novel ini hanyalah cerita fiksi. Novel ini sangat cocok dibaca oleh anak remaja karena kisah nya seperti masa-masa dimana seorang remaja mengalami masa-masa memilih pujaan hati.
(Okta Viyani Ningsih, Mahasiswa Universitas PGRI Semarang semester 7)



Senin, 24 September 2018

autobiografi


Autobiografi
Nama saya Okta Viyani Ningsih, Keluarga Saya memanggil naneng di luar lingkungan keluarga saya terbiasa dipanggil okta.  Saya lahir di Semarang 5 Oktober 1996, Saya merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Kakak saya yang pertama bernama Okta Fiyanto lahir di Semarang, 30 Oktober 1988. Sedangkan kakak kedua saya bernama Agus Fiyani berumur 21 tahun tepatnya pada tanggal 21 Agustus 1994. Ayah saya Solihin dan Ibu saya kotiah. Ayah saya berkerja sebagai pegawai swasta. Ibu saya adalah seorang ibu rumah tangga. Saat ini saya tinggal di kabupaten Semarang tepatnya di Jalan Wolter Mongorsdi RT 02/ rw 01 kelurahan Genuk Sari Kabupaten Genuk.
Pada tahun 2001, saya memulai karir pendidikan di Tk, Saat itu saya bersekolah di Darul Hasanah, tepatnya berada di Banjardowo  RT03/RW01. Saya sangat ingat saat Sekolah, Ibu saya selalu menjemput saya dengan menggunakan sepeda. Setelah saya lulus dari TK pada tahun 2003, saya melanjutkan di Sekolah Dasar (SD). Saat SD saya bersekolah di SD Negeri Genuk Sari 02 yang berada di Genuk Sari  RT05/RW01. Pada saat saya SD saya menimba ilmu selama 6 tahun lamanya. Kemudian melanjutkan di SMP Negeri 1 Sayung yang berada di Jalan Raya Sayung  No 33. Selama 3 tahun saya berangkat sekolah dengan menggunakan angkutan umum. Pada tahun 2012 saya menyelesaikan pendidikan di SMP. Setelah lulus SMP saya melanjutkan di jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA). Saya memilih melanjutkan di SMA Negeri 10 Semarang, sebelumnya saya ingin bersekolah di SMA 15 Semarang tetapi karena jaraknya jauh dari rumah. Akhirnya saya memilih sekolah di SMA Negeri 10 Semarang, yang berada di Jalan Padi Raya No.16. Di SMA saya memulai membangun cita-cita, mimpi dan harapan saya kedepan. Sejak kecil sampai sekarang saya ingin sekali menjadi seorang Guru, yang mengamalkan ilmu yang sudah di dapat agar bermanfaat bagi orang lain. Setelah lulus dengan nilai sesuai kemampuan saya, saya  ingin melanjutkan di perguruan tinggi.
Saya mencoba mendaftar SNMPTN dan SBMPTN di UNNES, tetapi saya tidak lolos. Selanjutnya saya mendaftar di Universitas PGRI Semarang melalui online dan seminggu kemudian saya dan teman saya mengikuti tes tertulis langsung di kampus PGRI Semarang. Waktu itu saya memilih jurusan  Pendidikan bahasa dan sastra Indonesia, dan pilihan kedua Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Alhamdulillah saya di terima di Universitas PGRI Semarang dengan jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Target saya kuliah di Universitas PGRI Semarang dapat menyelesaikan kuliah 4 tahun dengan IPK memuaskan . Mudah-mudahan cita-cita saya tercapai dan biasa menjadi seorang guru yang professional dan mampu mengamalkan ilmu yang sudah saya dapat, biasa bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain.

Sabtu, 22 September 2018

seminar obrolan buku




Judul Tugas
Tugas Selepas Menyaksikan Obrolan Buku Puisi "Jejak Tubuh" karya Tegsa Teguh Satriyo
Batas Pengumpulan
 Sabtu, 22 September 2018
Mata Kuliah - Kelas
Menulis Kreatif - 41R7RF
Dosen
Setia Naka Andrian S.Pd., M.Pd
Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Lampiran Tugas
Semester
Gasal tahun 2018/2019
Ukuran
0.01 MB
Deskripsi Tugas :

Tugas Selepas Menyaksikan Obrolan Buku Puisi Jejak Tubuh karya Tegsa Teguh Satriyo

  1. Pelajaran apa yang dapat Anda petik dari proses kreatif yang dilakukan Tegsa Teguh Satriyo?
  2. Dalam proses kreatif penulisan puisi, seperti apa yang dijalani oleh Tegsa Teguh Satriyo?
  3. Selepas Anda menghadiri obrolan buku puisi karya Tegsa Teguh Satriyo tersebut, apa yang selanjutnya akan Anda lakukan dalam proses kreatif, khususnya dalam mata kuliah Menulis Kreatif!
  4. Jawablah semua pertanyaan tersebut sesuai dengan amatan Anda sendiri selama menghadiri acara. Barang siapa yang tidak hadir dalam acara tersebut, dilarang menjawab. Dikarenakan, segala jawaban atas beberapa pertanyaan ini terkait dengan apa yang telah didiskusikan dalam obrolan buku puisi tersebut.
JAWABAN
1.      Pelajaran yang saya dapatkan dari proses kreatif yang dilakukan Tegsa Teguh Satrio adalah Ketika Ia bermimpi menjadi seorang penulis, ia harus membaca karya-karya orang yang hebat misalnya ia selalu membaca karya Setia Naka Andrian lalu kemudian ia berlatih untuk menulis sampai akhirnya karya tulisan nya diterbitkan. Dari sini saya menyimpulkan bahwa sebuah harapan atau impian itu harus diraih dari usaha-usaha yang besar dan dari situlah saya mempunyai motivasi untuk diri saya sendiri. “Bermimpilah setinggi langit dan bangunlah dari mimpi lalu raihlah dan wujudkan  mimpi itu dengan sebuah usaha”.
Selain itu juga meskipun karya Tegsa Teguh Satrio sudah diterbitkan  banyak kritikan-kritikan yang Ia terima baik maupun buruk, ia tetap tenang menanggapi pendapat orang lain dengan berkata “Dipuji tidak terbang, Dihina tidak tumbang” yang berarti seseorang yang mendapatkan pujian dari seseorang tidak akan merasa senang dan puas begitu saja ataupun menganggap dirinyalah yang terbaik dibandingkan orang lain dan jika ia di hina ia tidak akan merasa menyerah. Ia juga mendengarkan pendapat orang lain apapun kekurangan nya yang ia rasakan dari pernilaian orang lain ia tetap berusaha mengubah kekurangan itu menjadikan kritikan buruk dari tulisannya sebuah perbaikan dan kemajuan dalam tulisannya. Sejak itulah hati saya tergugah terhadap respon dan ketegaran Tegsa Teguh Satrio, bahwa sikap tak kenal putus adalah yang membuat hati kita semakin maju.
2.      Proses kreatif penulisan puisi, yang dijalani oleh Tegsa Teguh Satriyo adalah  Salah satu karyanya yang dinilai oleh Sosiawan Leak selaku sastrawan yang menikmati salah satu hasil karya Tegsa Teguh Satriyo  bisa membuat hal yang biasa saja menjadi sebuah tulisan yang menarik pembaca untuk menikmati hasil karya nya “ Puisi dari sakit gigi menjadi puisi Romatisme gigi” ini lah yang membuktikan bahwa sebuah tulisan akan mengandung sebuah keindahan dan makna yang dinilai dari berbagai penafsiran berbagai penikmat akan memunculkan rasa penasaran yang tinggi maka dari situlah Tegsa Teguh Satrio bisa memberikan tulisan yang kreatif yang menyisipkan sebuah pesan tersirat agar puisi memberikan manfaat bagi pembaca.
  1. Selepas Saya menghadiri obrolan buku puisi karya Tegsa Teguh Satriyo tersebut, yang selanjutnya Saya lakukan dalam proses kreatif, khususnya dalam mata kuliah Menulis Kreatif adalah memotivasi diri saya sendiri akan terus berkarya dan semangat dalam melalui sebuah proses belajar menulis, untuk menghasilkan tulisan-tulisan yang nantinya akan dinikmati oleh banyak orang dengan menumbuhkan rasa kreatifitas yang menciptakan sesuatu yang unik dan menarik perhatian. Selain itu juga saya sebagai calon pendidik harus punya sebuah karya tulis dan menjadikan tulisan karya saya sebuah contoh untuk pembelajaran yang nantinya saya ajarkan kepada perserta didik saya tak lepas itu juga saya berpikir akan menjadi seorang yang tangguh dan tak kan pernah menyerah untuk terus meraih sebuah impian karena keteguhan adalah sebuah cara melupuhkan akan sebuah kata menyerah.
Udangan Obrolan Buku Jejak Tubuh Oleh Tegsa Teguh Satrio,

Seminar Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia

Perpustakaan Lt.5 Universitas PGRI Semarang menggelar seminar Obrolan buku , jumat (21/09) Seminar tersebut diikuti oleh mahasiswa Pendidikan bahasa dan sastra Indonesia.Seminar ini membangun para mahasiswa jurusan pendidikan dan sastra indonesia  untuk mengajarkan bagaimana proses menulis dan memberikan refleksi agar menjadi mahasiswa yan tak kenal putus asa dalam meraih mimpi.
Acara yang dilaksanakan di ruang baca perpustakaan Universitas PGRI Semarang tersebut dibuka langsung Nazla Maharani Umaya. Dalam pemaparan 4  narasumber yaitu Sosiawan Leak sebagai sastrawan, Turahmat sebagai teaterawan , Harjito sebagai kaprodi dan penulis “Jejak Tumbuh” Oleh Tegsa Teguh Satriya. Setia Naka Andrian sebagai Pembawa acara dalam acara seminar Obrolan Buku Jejak Tubuh Oleh Tegsa Teguh Satrio.
Dalam acara ini banyak pelajaran yang didapatkan dari mahasiswa yang menyaksikan yaitu bagaimana seorang Tegsa Teguh Satrio memulai menulis, bagaimana karyanya bisa di terbitkan, dan bagaimana melewatkan sebuah masalah yang dihadapi dalam menulis. Karena sebuah Impian harus di raih dari sebuah perjuangan yang keras tanpa ada kata menyerah untuk mewujudkannya.

Pembukaan yang disampaikan oleh Nazla Maharani Umaya          Pembawa Acara oleh Setia Naka Andrian


Proses Obrolan Buku                                                                                Penulis buku jejak tubuh oleh Tegsa Teguh Satrio






Minggu, 25 Desember 2016

Peran Orang tua Terhadap Tayangan Televisi

Peran Orang tua Terhadap Tayangan Televisi

  Tayangan televisi merupakan media komunikasi yang menyalurkan gagasan dan informasi dalam bentuk suara dan gambar secara umum,jenis program televisi dapat dibedakan berdasarkan bentuk jadi dan teknis atau berdasarkan isi. Bentuk jadi teknis merupakan bentuk jadi umum yang menjadikan acuan terhadap bentuk program Televisi seperti gelar wicana (talk show),dokumenter,film,kuis,musik,Intruksiona, dan lain-lain .Berdasarkan isi program televisi berbentuk berita dapat di bedakan antara lain berupa program hiburan,drama,olahraga, dan agama .sedangkan untuk program televisi berbentuk berita secara garis besar di golongkan kedalam warta penting (hard news) atau berita-berita mengenai peristiwa penting yang baru saja terjadi dan warta ringan (soft news) yang mengakat berita bersifat ringan.Dari sekian banyak program acara yang di sajikan Televisi, kebanyakan dapat mempengatuhi sikap penotonnya setelah atau pada waktu melihat tayangan televisi.
  Dari sekian banyak program acara yang disajikan telivisi kebanyakan dapat mempengaruhi sikap penontonya setelah atau pada waktu melihat tayangan televisi banyak fakta yang kita jumpai dari informasi yang disampaikan televisi, baik secara langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi akhlak penontonya kearah positif atau kearah negatif.
  Pengaruh media informasi seperti halnya televisi terhadap anak makin besar,banyak pengaruh negatif yang diterima oleh penikmat televisi. Hampir seluruh stasiun televisi menyiarkan acara yang bisa dikatakan minim manfaat untuk anak-anak pada tahun 2000 an kita masih melihat acara-acara televisi uang diperuntukan untuk anak-anak seperti acara kartun dan sebagainya pada hari minggu. Zaman semakin maju dan modern namun tidak berlaku untuk acara televisi di Indonesia karena bukanya mengalami kemajuan melainkan mengalami kemunduran dari sudut pandang pesan yang disampaikan terutama untuk anak-anak berdasarkan sebuah artikel yang berjudul "Ibu, televisi dan Generasi Internet" yang dikirim oleh saudara Tri pujiati yang diterbitkan oleh Tribun jateng pada jumat, 23 desember 2016 terdapat beberapa tayangan acara televisi yang tidak mendidik yang di gagas oleh para kapitalis. Pertama meningkatkan ratting tayanan televisi semakin sering di pertotonkan biasanya di setting dengan menggunakan alur yang beliku tujuannya untuk menggiring penonton untuk terus mengikuti tayangan acara tersebut contohnya tayangan-tayangan sinetron.Tayangan tersebut sudah jelas tidak mendidik namun tetap saja masih kejar tayang dan tetap survive di salah satu televisi berkemuka hal tersebut membuktikan bahwa acara-acara di televisi hanya ingin meraip keuntungan semaksimal mungkin dengan rating yang melejit.
  Ketiga, menarik minat penonton. Parakapitalis juga menampilkan tayangan yang berkedok sosial seperti trik yang di lakukan oleh para calon pemimpin daerah saat mempromosikan diri para kapitalis seolah-olah sangat peduli terhadap nasib rakyat miskin.
  Hampir semua stasiun televisi berlomba untuk memproduksi acara-acara untuk menarik perhatian penonton. Tayangan televisi sekarang, tidak lagi memperdulikan pendidikan dan perkembangan jiwa anak sehingga anak mencontoh ataupun meniru adegan dari tokoh idolanya di televisi baik perilaku seperti gaya berbicara hingga gaya yang mereka kenakan . Selalain itu dampak yang terlihat adalah mereka akan merasa akan merasa ketergantungan dengan tayangan televisi. Mereka akan malas melakukan kegiatan lain selain menonton televisi. Perubahan perilaku, mental sang anak dan karakter anak disebabkan dari tayangan televisi yang banyak menampilkan adegan kekerasan gaya hidup hedonis, seks ataupu mistis. Tayangan televisi yang mempengaruhi munculnya perilaku negatif di kalangan anak-anak hampir seluruh sajian acara di televisi di suguhkan untuk konsumsi penonton dewasa. Sementara acara untuk anak-anak boleh di bilang sangat minim. Selain itu sebagian besar jam tayangan televisi tayangan-tayangan yang bersifat informasi dan hiburan.
  Bahkan dapat dikatakan wajah tayangan televisi kita di dominasi oleh sntron dan informasi selebritis. Ironisnya alur cerita yang ada belum beranjak dari isu perselingkuhan,percintaan dan kekerasan .Situasi ini semakin di perarah oleh tayang yang memaksa anak-anak ikut menonton. Berikut beberapa kasus yang terjadi di Indonesia dan manca negara korban dari acara televisi :
1. Dampak acara sinetron yang berisikan kekerasan , seorang anak tewas dikeroyok teman sekolahnya.

2.Gulat “Smack Down” dihentikan setelah banyak anak yang menjadi korban akibat menonton dan menirukan adegan di dalamnya.

3. Acara "Eksekusi Saddam Husein" Hukuman mati Saddam pada 30 Desember 2006 ditayangkan di sejumlah jaringan televisi di Arab dan Barat. Setidaknya lima orang anak dilaporkan gantung diri meniru hukuman mati Saddam setelah menyaksikan eksekusinya di televisi. Di antaranya adalah seorang anak berumur 12 tahun di Aljazair yang digantung oleh temannya .

4. Acara "Sulap Limbad"
Pada 2009, seorang anak laki-laki berusia 12 tahun di Jakarta Pusat ditemukan tewas tergantungdi ranjangnya yang bertingkat. Menurut keterangan orang tua korban dan saksi lainnya, diketahui bahwa ia gemar meniru aksi seorang pesulap di televisi. Setiap selesai menyaksikan tayangan “Limbad The Master”, korban mempraktikkan adegan yang ditontonnya. Korban juga sempat menusuk tangannya dengan sejumlah jarum kemudian dipertontonkan kepada teman-temannya. Orang tua korban sering marah dan menegur kebiasaan anaknya ini. Ketika akhirnya kebiasaan korban meniru sulap Limbad merenggut nyawanya, orang tuanya sedang berjualan di pasar.

5. Petualangan Dora dan Diego
Pada 2008, masyarakat Inggris dikejutkan dengan berita meninggalnya seorang anak perempuan berusia 4 tahun karena leher terjerat pita rambut miliknya. Korban meninggal dengan posisi yang sama persis  dengan tayangan kartun yang ditonton di hari sebelumnya. Menurut pengakuan orang tuanya, korban sangat menyukai serial kartun “Dora The Explorer” dan “Go Diego Go”. Pada salah satu tayangan kartun kesukaannya itu memperlihatkan adegan seorang anak yang bergelantungan di pohon menggunakan seutas tali.

6. Kartun Serigala
Di tahun yang sama, dua orang kakak beradik di Cina berusia 7 tahun dan 4 tahun dibakar temannya. Kedua korban diikat ke sebuah pohon dan kemudian dibakar hidup-hidup. Akibat insiden ini kedua anak tersebut mengalami luka bakar yang cukup serius. Pelaku yang berusia 10 tahun mengakui dirinya menirukan salah satu adegan dari film kartun berjudul “Xi Yangyang & Hui Tailang” atau dalam bahasa Inggris “Pleasant Goat and Big Big Wolf”. Pengadilan Cina akhirnya memutuskan produser acara tersebut bersalah dan wajib bertanggung jawab dengan membayar kompensasi biaya perawatan korban sebesar 15 persen.

7. Kisah ungkapan cinta-cintaan seperti pada acara televisi  pada anak SMP .

8. Dialog percintaan di Sinetron mempengaruhi anak SD .

9. Anak Sekolah korban sinetron, 20 soal jawaban asal-asalan .
Dan masih buanyak lagi contoh dan tingkah laku dari meniru acara televisi, Para orang tua apakah masih rela meracuni mental anak-anak anda dengan menonton acara Televisi.
  Maraknya stasiun televisi dalam berlomba mencari rating penonton, sehingga melupakan unsur kandungan materi suatu acara apakah bisa ditonton untuk segala umur, Sisi lain yang sangat ironis adalah peranan pemerintah dalam memfilter acara televisi sudah sangat kecil peranannya(lembaga sensor Film), untuk itu dengan kondisi seperti sekarang ini peranan orang tua (ortu) harus berani tegas untuk mengatakan "TIDAK MENONTON ACARA TV"
Kenapa peranan  ortu harus bisa tegas , karena korban pertama dari pengaruh televisi adalah anak-anak, Jika anaka dibawah 2 tahun yang dibiarkan orang tua menonton acara televisi akan menyerap pengaruh yang merugikan, terutama pada perkembangan otak, emosi, sosial dan kemampuan kognitif anak, menonton televisi lebih dini bisa mengakibatkan proses wiring proses penyambungan antara sel-sel otak menjadi tidak sempurna.peran orang tua sangatlah penting. Orang tua harus mendampingi anak ketika sedang menonton televisi, orang tua juga harus dapat memilih acara mana yang dapat di tonton untuk anak dan terpenting orang tua harus dapat member pengertian bahwa semua acara di televise di buat hanya untuk kepentingan kesenangan belaka.
  Perlu di perhatikan pula dampak pada televisi tidak semua negatif adapun dampak positifnya adalah :
1.Adanya acara atau tayangan yang bernuansakan pendidikan atau pengetahuan seperti cerdas cermat, berita dan lain sebagainya.
2.mendapatkan informasi atau berita dalam negeri sampai luar negeri
3.televisi selalu menyajikan berita up to date, yang tertunya membuat masyarakat tidak akan ketinggalan informasi dan memberikan wawasan yang cukup luas pada masyarakat secara cepat
  Dapat di simpulkan bahwa peran orang tua sangat penting untuk mematau sang anak menonton televisi yang pantas untuk di tonton menurut usianya .dengan cara selalu orang tua dituntut untuk lebih aktif mengawasi anak-anaknya baik siang maupun malam agar tidak terjebak pada acara televisi yang tidak mendidik. Adapun cara lainya yaitu:
 1. Jadwalkan waktu menonton anak-anak anda. Misalnya waktu menonton anak diberikan pada jam-jam tertentu saja.
2. Batasi waktu menonton, misalnya cukup satu atau dua jam saja dalam sehari.
3. Berilah komentar atau informasikan kepada anak jika ada tayangan kekerasan, mistik atau percintaan atau tayangan yang tidak sesuai pada anak.
4. Kalau perlu, ijinkan anak hanya pada tayangan yang diperuntukkan buat anak saja.
5. Ciptakan acara nonton bersama, jangan biasakan anak menonton televisi sendirian.
6. Sediakan CD atau DVD film anak yang mendidik sekaligus menghibur, sebagai pengganti acara televisi yang tidak bermutu.
7. Ciptakan acara rutin, cerita sebelum tidur dengan tokoh favorit anak.
8. Jika seluruh keluarga lebih banyak diluar rumah atau anak memang susah untuk dikendalikan dalam menonton, hilangkan atau hapus chanel televisi yang banyak menayangkan acara tidak bermutu dan berdampak buruk pada anak anda. Ini adalah jalan terakhir untuk melindungi anak dari pengaruh buruk televisi.
  Dengan begitu sang anak akan terhindar dari pengaruh buruk dari dampat negati televisi dan menerima pengaruh positif terhadap tayangan pilihan orang tua/tayangan yang mendidik .

Okta Viyani Ningsih,
Mahasiswa Universitas PGRI Semarang