Peran Orang tua Terhadap Tayangan Televisi
Tayangan televisi merupakan media komunikasi yang menyalurkan gagasan dan informasi dalam bentuk suara dan gambar secara umum,jenis program televisi dapat dibedakan berdasarkan bentuk jadi dan teknis atau berdasarkan isi. Bentuk jadi teknis merupakan bentuk jadi umum yang menjadikan acuan terhadap bentuk program Televisi seperti gelar wicana (talk show),dokumenter,film,kuis,musik,Intruksiona, dan lain-lain .Berdasarkan isi program televisi berbentuk berita dapat di bedakan antara lain berupa program hiburan,drama,olahraga, dan agama .sedangkan untuk program televisi berbentuk berita secara garis besar di golongkan kedalam warta penting (hard news) atau berita-berita mengenai peristiwa penting yang baru saja terjadi dan warta ringan (soft news) yang mengakat berita bersifat ringan.Dari sekian banyak program acara yang di sajikan Televisi, kebanyakan dapat mempengatuhi sikap penotonnya setelah atau pada waktu melihat tayangan televisi.
Dari sekian banyak program acara yang disajikan telivisi kebanyakan dapat mempengaruhi sikap penontonya setelah atau pada waktu melihat tayangan televisi banyak fakta yang kita jumpai dari informasi yang disampaikan televisi, baik secara langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi akhlak penontonya kearah positif atau kearah negatif.
Pengaruh media informasi seperti halnya televisi terhadap anak makin besar,banyak pengaruh negatif yang diterima oleh penikmat televisi. Hampir seluruh stasiun televisi menyiarkan acara yang bisa dikatakan minim manfaat untuk anak-anak pada tahun 2000 an kita masih melihat acara-acara televisi uang diperuntukan untuk anak-anak seperti acara kartun dan sebagainya pada hari minggu. Zaman semakin maju dan modern namun tidak berlaku untuk acara televisi di Indonesia karena bukanya mengalami kemajuan melainkan mengalami kemunduran dari sudut pandang pesan yang disampaikan terutama untuk anak-anak berdasarkan sebuah artikel yang berjudul "Ibu, televisi dan Generasi Internet" yang dikirim oleh saudara Tri pujiati yang diterbitkan oleh Tribun jateng pada jumat, 23 desember 2016 terdapat beberapa tayangan acara televisi yang tidak mendidik yang di gagas oleh para kapitalis. Pertama meningkatkan ratting tayanan televisi semakin sering di pertotonkan biasanya di setting dengan menggunakan alur yang beliku tujuannya untuk menggiring penonton untuk terus mengikuti tayangan acara tersebut contohnya tayangan-tayangan sinetron.Tayangan tersebut sudah jelas tidak mendidik namun tetap saja masih kejar tayang dan tetap survive di salah satu televisi berkemuka hal tersebut membuktikan bahwa acara-acara di televisi hanya ingin meraip keuntungan semaksimal mungkin dengan rating yang melejit.
Ketiga, menarik minat penonton. Parakapitalis juga menampilkan tayangan yang berkedok sosial seperti trik yang di lakukan oleh para calon pemimpin daerah saat mempromosikan diri para kapitalis seolah-olah sangat peduli terhadap nasib rakyat miskin.
Hampir semua stasiun televisi berlomba untuk memproduksi acara-acara untuk menarik perhatian penonton. Tayangan televisi sekarang, tidak lagi memperdulikan pendidikan dan perkembangan jiwa anak sehingga anak mencontoh ataupun meniru adegan dari tokoh idolanya di televisi baik perilaku seperti gaya berbicara hingga gaya yang mereka kenakan . Selalain itu dampak yang terlihat adalah mereka akan merasa akan merasa ketergantungan dengan tayangan televisi. Mereka akan malas melakukan kegiatan lain selain menonton televisi. Perubahan perilaku, mental sang anak dan karakter anak disebabkan dari tayangan televisi yang banyak menampilkan adegan kekerasan gaya hidup hedonis, seks ataupu mistis. Tayangan televisi yang mempengaruhi munculnya perilaku negatif di kalangan anak-anak hampir seluruh sajian acara di televisi di suguhkan untuk konsumsi penonton dewasa. Sementara acara untuk anak-anak boleh di bilang sangat minim. Selain itu sebagian besar jam tayangan televisi tayangan-tayangan yang bersifat informasi dan hiburan.
Bahkan dapat dikatakan wajah tayangan televisi kita di dominasi oleh sntron dan informasi selebritis. Ironisnya alur cerita yang ada belum beranjak dari isu perselingkuhan,percintaan dan kekerasan .Situasi ini semakin di perarah oleh tayang yang memaksa anak-anak ikut menonton. Berikut beberapa kasus yang terjadi di Indonesia dan manca negara korban dari acara televisi :
1. Dampak acara sinetron yang berisikan kekerasan , seorang anak tewas dikeroyok teman sekolahnya.
2.Gulat “Smack Down” dihentikan setelah banyak anak yang menjadi korban akibat menonton dan menirukan adegan di dalamnya.
3. Acara "Eksekusi Saddam Husein" Hukuman mati Saddam pada 30 Desember 2006 ditayangkan di sejumlah jaringan televisi di Arab dan Barat. Setidaknya lima orang anak dilaporkan gantung diri meniru hukuman mati Saddam setelah menyaksikan eksekusinya di televisi. Di antaranya adalah seorang anak berumur 12 tahun di Aljazair yang digantung oleh temannya .
4. Acara "Sulap Limbad"
Pada 2009, seorang anak laki-laki berusia 12 tahun di Jakarta Pusat ditemukan tewas tergantungdi ranjangnya yang bertingkat. Menurut keterangan orang tua korban dan saksi lainnya, diketahui bahwa ia gemar meniru aksi seorang pesulap di televisi. Setiap selesai menyaksikan tayangan “Limbad The Master”, korban mempraktikkan adegan yang ditontonnya. Korban juga sempat menusuk tangannya dengan sejumlah jarum kemudian dipertontonkan kepada teman-temannya. Orang tua korban sering marah dan menegur kebiasaan anaknya ini. Ketika akhirnya kebiasaan korban meniru sulap Limbad merenggut nyawanya, orang tuanya sedang berjualan di pasar.
5. Petualangan Dora dan Diego
Pada 2008, masyarakat Inggris dikejutkan dengan berita meninggalnya seorang anak perempuan berusia 4 tahun karena leher terjerat pita rambut miliknya. Korban meninggal dengan posisi yang sama persis dengan tayangan kartun yang ditonton di hari sebelumnya. Menurut pengakuan orang tuanya, korban sangat menyukai serial kartun “Dora The Explorer” dan “Go Diego Go”. Pada salah satu tayangan kartun kesukaannya itu memperlihatkan adegan seorang anak yang bergelantungan di pohon menggunakan seutas tali.
6. Kartun Serigala
Di tahun yang sama, dua orang kakak beradik di Cina berusia 7 tahun dan 4 tahun dibakar temannya. Kedua korban diikat ke sebuah pohon dan kemudian dibakar hidup-hidup. Akibat insiden ini kedua anak tersebut mengalami luka bakar yang cukup serius. Pelaku yang berusia 10 tahun mengakui dirinya menirukan salah satu adegan dari film kartun berjudul “Xi Yangyang & Hui Tailang” atau dalam bahasa Inggris “Pleasant Goat and Big Big Wolf”. Pengadilan Cina akhirnya memutuskan produser acara tersebut bersalah dan wajib bertanggung jawab dengan membayar kompensasi biaya perawatan korban sebesar 15 persen.
7. Kisah ungkapan cinta-cintaan seperti pada acara televisi pada anak SMP .
8. Dialog percintaan di Sinetron mempengaruhi anak SD .
9. Anak Sekolah korban sinetron, 20 soal jawaban asal-asalan .
Dan masih buanyak lagi contoh dan tingkah laku dari meniru acara televisi, Para orang tua apakah masih rela meracuni mental anak-anak anda dengan menonton acara Televisi.
Maraknya stasiun televisi dalam berlomba mencari rating penonton, sehingga melupakan unsur kandungan materi suatu acara apakah bisa ditonton untuk segala umur, Sisi lain yang sangat ironis adalah peranan pemerintah dalam memfilter acara televisi sudah sangat kecil peranannya(lembaga sensor Film), untuk itu dengan kondisi seperti sekarang ini peranan orang tua (ortu) harus berani tegas untuk mengatakan "TIDAK MENONTON ACARA TV"
Kenapa peranan ortu harus bisa tegas , karena korban pertama dari pengaruh televisi adalah anak-anak, Jika anaka dibawah 2 tahun yang dibiarkan orang tua menonton acara televisi akan menyerap pengaruh yang merugikan, terutama pada perkembangan otak, emosi, sosial dan kemampuan kognitif anak, menonton televisi lebih dini bisa mengakibatkan proses wiring proses penyambungan antara sel-sel otak menjadi tidak sempurna.peran orang tua sangatlah penting. Orang tua harus mendampingi anak ketika sedang menonton televisi, orang tua juga harus dapat memilih acara mana yang dapat di tonton untuk anak dan terpenting orang tua harus dapat member pengertian bahwa semua acara di televise di buat hanya untuk kepentingan kesenangan belaka.
Perlu di perhatikan pula dampak pada televisi tidak semua negatif adapun dampak positifnya adalah :
1.Adanya acara atau tayangan yang bernuansakan pendidikan atau pengetahuan seperti cerdas cermat, berita dan lain sebagainya.
2.mendapatkan informasi atau berita dalam negeri sampai luar negeri
3.televisi selalu menyajikan berita up to date, yang tertunya membuat masyarakat tidak akan ketinggalan informasi dan memberikan wawasan yang cukup luas pada masyarakat secara cepat
Dapat di simpulkan bahwa peran orang tua sangat penting untuk mematau sang anak menonton televisi yang pantas untuk di tonton menurut usianya .dengan cara selalu orang tua dituntut untuk lebih aktif mengawasi anak-anaknya baik siang maupun malam agar tidak terjebak pada acara televisi yang tidak mendidik. Adapun cara lainya yaitu:
1. Jadwalkan waktu menonton anak-anak anda. Misalnya waktu menonton anak diberikan pada jam-jam tertentu saja.
2. Batasi waktu menonton, misalnya cukup satu atau dua jam saja dalam sehari.
3. Berilah komentar atau informasikan kepada anak jika ada tayangan kekerasan, mistik atau percintaan atau tayangan yang tidak sesuai pada anak.
4. Kalau perlu, ijinkan anak hanya pada tayangan yang diperuntukkan buat anak saja.
5. Ciptakan acara nonton bersama, jangan biasakan anak menonton televisi sendirian.
6. Sediakan CD atau DVD film anak yang mendidik sekaligus menghibur, sebagai pengganti acara televisi yang tidak bermutu.
7. Ciptakan acara rutin, cerita sebelum tidur dengan tokoh favorit anak.
8. Jika seluruh keluarga lebih banyak diluar rumah atau anak memang susah untuk dikendalikan dalam menonton, hilangkan atau hapus chanel televisi yang banyak menayangkan acara tidak bermutu dan berdampak buruk pada anak anda. Ini adalah jalan terakhir untuk melindungi anak dari pengaruh buruk televisi.
Dengan begitu sang anak akan terhindar dari pengaruh buruk dari dampat negati televisi dan menerima pengaruh positif terhadap tayangan pilihan orang tua/tayangan yang mendidik .
Okta Viyani Ningsih,
Mahasiswa Universitas PGRI Semarang
Minggu, 25 Desember 2016
Kamis, 22 Desember 2016
Perbandingan Bersekolah dan Berwisata
Perbandingan
Bersekolah dan Berwisata
Berdasarkan
sebuah artikel yang berjudul “Seandainya Bersekolah Itu Berwisata”. Yang
dikirim oleh saudara Iwan Pranoto yang diterbikan oleh Kompas pada jumat, 20
Mei 2016.
Sekolah
adalah sebuah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk mendapatkan
ilmu/pelajaran dari lembaga pendidikan swasta maupun negeri. Berwisata adalah
sebuah kegiatan untuk menghibur diri dan dilengkapi jasa-jasa pemandu touring. Jadi
dalam artikel yang ditulis oleh saudara Iwan Pranoto ini menurut saya sangat
menarik karena jika bersekolah dibaratakan seperti berwisata pasti akan sangat
menyenangkan dan tidak membosankan seperti pada umumnya.
Banyak
orang jika mendengar kata “berwisata” pasti akan langsung gembira dan
bersemangat, namun jika orang mendengar kata “bersekolah” pasti sebagian orang
pasti merespon dengan mengeluh. Saya setuju dengan salah satu kutipan “Setelah
menetapkan pilihan program wisatanya,wisatawan melakukan perjalanan wisata ke
daerah tertentu dengan didampingi pemandu. Analoginya, murid berwisata ke “alam
ilmu pengetahuan “dengan guru yang mendampingi.” Itu artinya murid dapat
memilih pengajar yang ia sukai, namun masalahnya jika pemandu ketika kita
berwisata “dapat kita ganti” karena masalah tidak ketidak nyamannya dalam
melaksanakan tugasnya. Tapi jika murid memilih pengajar yang tidak nyaman
untuknya, kebanyakan dari mereka tidak dapat melalukan protes seperti saat
berwisata. Perjalanan sebuah menuju tempat berwisata kadang juga terasa sangat
membosankan sehingga para pemadu wisata harus siap siaga dengan menyiapkan
berbagai macam hiburan/cara agar membuat para wisata kembali merasa nyaman
dengan perjalanan yang dilalui. Anologinya pengajarpun harus selalu
pintar-pintar membuat para murid berusaha merasakan kenyamanan dalam sebuah
pembelajaran.
Iwan
Pranoto menuliskan “Pemandu wisata tak pernah berkata ke wisatawan “jalan ke
danau itu susah biar saya saja yang melihat danaunya, nanti saya yang ceritakan
dan potretkan ke Anda sekalian .” namun menyedihkan praktik ini justru kerap di
terapkan di kelas yakni pengethuan dan gagasan dikunyahkan dirangkumkan lalu
dipotretkan menjadi ringkasan atau rumus cepat dan murid cukup mengingatnya...”
dalam kalimat ini menegaskan pemadu wisata haruskah membiarkan para wisatawannya
melalui jalan untuk mencelakakan para pewisatanya?. Tentu para wisata telah
memikirkan dan mungkin mempermudah jalan menuju danau agar para pewisata tidak
celaka ketika melakukan perjalanan ke danau tersebut tanpa mengurangi
keindahannya sekalipun. Analoginya apakah seorang pengajar harus menyampaikan
suatu hal yang berbelit-belit untuk semua muridnya tentu juga pengajar
diberikan waktu yang semaksimal mungkin untuk batas mengajarnya.
Okta Viyani Ningsih, Mahasiswa Universitas PGRI Semarang.
Semarang 29 mei 2016
komponen kurikulum
Tugas Makalah
Telaah kurikulum Bahasa Indonesia
Komponen
Kurikulum

Disusun
oleh :
Nama: Okta
Viyani Ningsih
Kelas : 3F
(15410258)
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA
INDONESIA (PBSI)
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG (UPGRIS)
TAHUN AJARAN 2015/2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang Masalah
Kurikulum dapat diartikan dengan beragam
variasi. Ada yang memandangnya secara sempit, yaitu kurikulum sebagai kumpulan
mata pelajaran atau bahan ajar. Ada yang mengartikannya secara luas, meliputi
semua pengalaman yang diperoleh siswa karena pengarahan, bimbingan dan tanggung
jawab sekolah. Kurikulum juga diartikan sebagai dokumen tertulis dari suatu
rencana atau program pendidikan, dan juga sebagai pelaksanaan dari rencana yang
sudah direncanakan. Tidak semua yang ada dalam kurikulum tertulis, kemungkinan
dilaksanakan dikelas.Kurikulum sebagai suatu rancangan dalam
pendidikan memiliki posisi yang strategis, karena seluruh kegiatan pendidikan
bermuara kepada kurikulum. Begitu pentingnya kurikulum sebagaimana sentra
kegiatan pendidikan, maka didalam penyusunannya memerlukan landasan atau
fondasi yang kuat, melalui pemikiran dan penelitian secara mendalamDan pada
dasarnya kurikulum merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa
komponenKomponen-komponen kurikulum suatu lembaga pendidikan dapat
diidentifikasi dengan cara mengkaji buku kurikulum lembaga pendidikan itu. Dari
buku kurikulum tersebut kita dapat mengetahui fungsi suatu komponen kurikulum
terhadap komponen-komponen kurikulum yang lain.
Kurikulum dapat mencakup
lingkup yang sangat luas, yaitu sebagai program pengajaran pada suatu jenjang
pendidikan, dan dapat pula menyangkut lingkup yang sempit, seperti program
pengajaran suatu mata pelajaran untuk beberapa macam mata pelajaran. Apakah
dalam lingkup yang luas atau sempit, kurikulum membentuk desain yang
menggambarkan pola organisasi dari komponen-komponen kurikulum dengan
perlengkapan penunjangnya.
2.
Rumusan Maslah
1.
Apakah maksud kurikulum sebagai sistem?
- Apa saja
komponen-komponen dalam kurikulum?
Tujuan
Makalah ini
diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca, dan pembaca dapat
memahami apa yang dimaksud dengan komponen kurikulum dan mengetahui
komponen-komponen penyusun kurikulum.
2.
BAB II
PEMBAHASAN
3.
Kurikulum sebagai sistem
Sistem adalah suatu
kesatuan sejumlah elemen (objek, manusia, kegiatan, informasi, dsb) yang
terkait dalam proses atau struktur dan dianggap berfungsi sebagai satu kesatuan
organisasai dalam mencapai satu tujuan.
Jika pemahaman sistem
diatas dipergunakan melihat kurikulum itu ada sejumlah komponen yang terkait
dan berhubungan satu sama lain untuk mencapai tujuan. Dengan demikian,
dipandang sistem terhadapa kurikulum, artinya kurikulum itu dipandang memiliki
sejumlah komponen-komponen yang saling berhubungan, sebagai kesatuan yang bulat
untuk mencapai tujuan.
Definisi diatas memberikan gambaran
bahwa pendekatan sistem dalam pengembangan kurikulum merupakan bentuk berputar
dan dinamis dimana empat komponen dari suatu model saling berhubungan. Jadi
dapat disimpulkan dilihat dari gambar diatas bahwa anatara satu komponen dengan
komponen yang lain mempunyai hubungan erat dan tidak dapat dipisahahkan hal itu
ditunjukkan dengan tanda panah yang memiliki dua mata panah.
4.
Komponen-komponen kurikulum
Dalam komponen
kurikulum ada hal yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan, yaitu: a. tujuan
yang ingin dicapai, b. materi yang perlu disiapkan untuk mencapai tujuan, c.
susunan materi/pengalaman belajar dan d. evaluasi apakah tujuan yang ditetapkan
tercapai (Tyler, 1949).
Komponen-komponen
kurikulum antara lain:
1.
Tujuan Kurikulum
Tujuan kurikulum pada
hakikatnya adalah tujuan dari setiap program pendidikan yang akan diberikan
pada anak didik Dalam perspektif pendidikan nasional, tujuan pendidikan
nasional dapat dilihat secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistrm Pendidikan Nasional, bahwa : " Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab".
Tujuan pendidikan
antara lain:
2.
Tujuan Institusional (Kompetensi Lulusan)
Adalah tujuan yang
yang harus dicapai oleh suatu lembaga pendidikan, contoh : SD, SMP, SMA
3.
Tujuan kurikuler (Standart Kompetensi)
Adalah tujuan bidang
studi atau mata pelajaran sehingga mencapai hakikat keilmuan yang ada
didalamnya.
4.
Tujuan instruksional (Kompetensi Dasar)
Tujuan instruksional
(Kompetensi Dasar) dirumuskan sebagai kemampuan-kemampuan yang diharapkan
dimiliki anak didik setelah mereka menyelesaikan prosesbelajar mengajar.
1.
Tujuan instruksional Umum (Indikator Umum)
Kemampuan tersebut
sifatnya lebih luas dan mendalam.
2.
Tujuan instruksional khusus (Indikator khusus)
Kemampuan lebih
terbatas dan harus dapat diukur pada saat berlangsunganya prose belajar
mengajar.
Sedangkan di dalam KBK
tujuan kurikulum : Dalam pendidikan terdapat 2 jenis standart yaitu standart
akademis (academic content standarat) dan standart kompetensi (performance
standart).
Lebih jauh lagi,
dengan mengutip dari beberapa ahli, Nana Syaodih Sukmadinata (1997) memberikan
gambaran spesifikasi dari tujuan yang ingin dicapai pada tujuan pembelajaran,
yakni :
5.
Menggambarkan apa yang diharapkan dapat dilakukan oleh peserta didik,
dengan : (a) menggunakan kata-kata kerja yang menunjukkan perilaku yang dapat diamati;
(b) menunjukkan stimulus yang membangkitkan perilaku peserta didik; dan (c)
memberikan pengkhususan tentang sumber-sumber yang dapat digunakan peserta
didik dan orang-orang yang dapat diajak bekerja sama.
6.
Menunjukkan perilaku yang diharapkan dilakukan oleh peserta didik, dalam
bentuk: (a) ketepatan atau ketelitian respons; (b) kecepatan, panjangnya dan
frekuensi respons.
7.
Menggambarkan kondisi-kondisi atau lingkungan yang menunjang perilaku
peserta didik berupa : (a) kondisi atau lingkungan fisik; dan (b) kondisi atau
lingkungan psikologis.
8.
Komponen Isi/Materi
Isi program kurikulum
adalah segala sesuatu yang diberikan kepada anak didik dalam kegiatan belajar
mengajar dalam rangka mencapai tujuan. Isi kurikulum meliputi jenis-jenis
bidang studi yang diajarkan dan isi program masing-masing bidang studi
tersebut. Bidang-bidang studi tersebut disesuaikan dengan jenis, jenjang maupun
jalur pendidikan yang ada.
Kriteria yang dapat
membantu pada perancangan kurikulum dalam menentukan isi kurikulum. Kriteria
itu natara lain:
9.
Isi kurikulum harus sesuai, tepat dan bermakna bagi perkembangan siswa.
10.
Isi kurikulum harus mencerminkan kenyataan sosial.
11.
Isi kurikulum harus mengandung pengetahuan ilmiah yang tahan uji
12.
Isi kurikulum mengandung bahan pelajaran yang jelas
13.
Isi kurikulum dapat menunjanga tercapainya tujuan pendidikan.
Materi kurikulum pada
hakekatnya adalah isi kurikulum yang dikembangkan dan disusun dengan
prinsip-prinsip sebagai berikut :
14.
Materi kurikulum berupa bahan pelajaran terdiri dari bahan kajian atau
topik-topik pelajaran yang dapat dikaji oleh siswa dalam proses pembelajaran
15.
Mengacu pada pencapaian tujuan setiap satuan pelajaran
16.
Diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Isi / materi kurikulum
hakikatnya adalah semua kegiatan dan pengalaman yang dikembangkan dan disusun
untuk mencapai tujuan pendidikan. Secara umum isi kurikulum itu dapat
dikelompokan menjadi :
17.
Logika, yaitu pengetahuan tentang benar salah berdasarkan prosedur
keilmuan.
18.
Etika, yaitu pengetahuan tentang baik buruk, nilai dan moral
19.
Estetika, pengetahuan tentang indah-jelek, yang ada nilai seninya.
Pengembangan materi
kurikulum harus berdasarkan prinsif-prinsif sebagai berikut:
20.
Mengandung bahan kajian yang dapat dipelajari siswa dalam pembelajaran.
21.
Berorientasi pada tujuan, sesuai dengan hirarki tujuan pendidikan.
materi pembelajaran
disusun secara logis dan sistematis, dalam bentuk :
22.
Teori; seperangkat konstruk atau konsep,
definisi atau preposisi yang saling berhubungan, yang menyajikan pendapat
sistematik tentang gejala dengan menspesifikasi hubungan – hubungan antara
variabel-variabel dengan maksud menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut.
23.
Konsep; suatu abstraksi yang dibentuk oleh
organisasi dari kekhususan-kekhususan, merupakan definisi singkat dari
sekelompok fakta atau gejala.
24.
Generalisasi; kesimpulan umum berdasarkan hal-hal
yang khusus, bersumber dari analisis, pendapat atau pembuktian dalam
penelitian.
25.
Prinsip; yaitu ide utama, pola skema yang
ada dalam materi yang mengembangkan hubungan antara beberapa konsep.
26.
Prosedur; yaitu seri langkah-langkah yang
berurutan dalam materi pelajaran yang harus dilakukan peserta didik.
27.
Fakta; sejumlah informasi khusus dalam
materi yang dianggap penting, terdiri dari terminologi, orang dan tempat serta
kejadian.
28.
Istilah, kata-kata perbendaharaan yang baru dan
khusus yang diperkenalkan dalam materi.
29.
Contoh/ilustrasi, yaitu hal atau tindakan atau proses
yang bertujuan untuk memperjelas suatu uraian atau pendapat.
30.
Definisi:yaitu penjelasan tentang makna atau
pengertian tentang suatu hal/kata dalam garis besarnya.
31.
Preposisi, yaitu cara yang digunakan untuk
menyampaikan materi pelajaran dalam upaya mencapai tujuan kurikulum.
5.
Strategi pelaksanaan kurikulum
Strategi merujuk pada
pendekatan dan metode serta peralatan mengajar yang digunakan dalam pengajaran.
Tetapi pada hakikatnya strategi pengajaran tidak hanya terbatas pada hal itu
saja. Pembicaraan strategi pengajaran tidak hanya terbatas pada hal itu saja.
Pembicaraan strategi pengajaran tergambar dari cara yang ditempuh dalam melaksanakan
pengajaan, mengadakan penilaian, pelaksanaan bimbiungan dan mengatur kegiatan,
baik yang secara \umum berlaku maupun yang bersifat khusus dalam pengajaran.
Strategi pelaksanaan
kurikulum berhubungan dengan bagaimana kurikulum itu dilaksanakan disekolah.
Kurikulum merupakan rencana, ide, harapan, yang harus diwujudkan secara nyata
disekolah, sehingga mampu mampu mengantarkan anak didik mencapai tujuan
pendidikan. Kurikulum yang baik tidak akan mencapai hasil yang maksimal, jika
pelaksanaannya menghasilkan sesuatu yang baik bagi anak didik. Komponen
strategi pelaksanaan kurikulum meliputi pengajaran, penilaian, bimbingan dan
penyuluhan dan pengaturan kegiatan sekolah.
6.
Evaluasi kurikulum
Evaluasi merupakan komponen untuk
melihat efektifitas pencapaian tujuan. Dalam konteks kurikulum evaluasi dapat
berfungsi untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai
atau belum, juga digunakan sebagai umpan balik dalam perbaikan strategi yang
ditetapkan. Evaluasi merupakan salah satu komponen kurikulum, dengan evaluasi
dapat diperoleh informasi yang akurat tentang penyelenggaraan pembelajaran,
keberhasilah siswa, guru dan proses pembelajaran itu sendiri. Berdasarkan hasil
evaluasi dapat dibuat keputusan kurikulum itu sendiri, pembelajaran, kesulitan dan
upaya bimbingan yang diperlukan.
Jenis-jenis penilaian meliputi :
a) Penilaian awal pembelajaran (Input program)
b) Penilaian proses pembelajaran (Program)
c) Penilaian akhir pembelajaran.(output program)
a) Penilaian awal pembelajaran (Input program)
b) Penilaian proses pembelajaran (Program)
c) Penilaian akhir pembelajaran.(output program)
BAB III
PENUTUP
7.
Kesimpulan
sistem terhadapa
kurikulum, artinya kurikulum itu dipandang memiliki sejumlah komponen-komponen
yang saling berhubungan, sebagai kesatuan yang bulat untuk mencapai tujuan.
Dalam komponen kurikulum ada hal yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan,
yaitu: a. tujuan yang ingin dicapai, b. materi yang perlu disiapkan untuk
mencapai tujuan, c. susunan materi/pengalaman belajar dan d. evaluasi apakah
tujuan yang ditetapkan tercapai (Tyler, 1949).
REFERENSI
Hamid syarif. Pengembanagan
kurikulum Pasuruan: garoeda buana indah, 1993
Nana Sudjan. Pembinaan
dan pengembangan kurikulumdisekolah Bandung: Sinar Baru, 1991
Mulyasa. Kurikulum Berbasis
Kompetensi konsep, karakteristik, dan implementasi Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2003
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/22/komponen-komponen-kurikulum/
Langganan:
Postingan (Atom)