Kamis, 22 Desember 2016

Perbandingan Bersekolah dan Berwisata

Perbandingan Bersekolah dan Berwisata

Berdasarkan sebuah artikel yang berjudul “Seandainya Bersekolah Itu Berwisata”. Yang dikirim oleh saudara Iwan Pranoto yang diterbikan oleh Kompas pada jumat, 20 Mei 2016.
Sekolah adalah sebuah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk mendapatkan ilmu/pelajaran dari lembaga pendidikan swasta maupun negeri. Berwisata adalah sebuah kegiatan untuk menghibur diri dan dilengkapi jasa-jasa pemandu touring. Jadi dalam artikel yang ditulis oleh saudara Iwan Pranoto ini menurut saya sangat menarik karena jika bersekolah dibaratakan seperti berwisata pasti akan sangat menyenangkan dan tidak membosankan seperti pada umumnya.
Banyak orang jika mendengar kata “berwisata” pasti akan langsung gembira dan bersemangat, namun jika orang mendengar kata “bersekolah” pasti sebagian orang pasti merespon dengan mengeluh. Saya setuju dengan salah satu kutipan “Setelah menetapkan pilihan program wisatanya,wisatawan melakukan perjalanan wisata ke daerah tertentu dengan didampingi pemandu. Analoginya, murid berwisata ke “alam ilmu pengetahuan “dengan guru yang mendampingi.” Itu artinya murid dapat memilih pengajar yang ia sukai, namun masalahnya jika pemandu ketika kita berwisata “dapat kita ganti” karena masalah tidak ketidak nyamannya dalam melaksanakan tugasnya. Tapi jika murid memilih pengajar yang tidak nyaman untuknya, kebanyakan dari mereka tidak dapat melalukan protes seperti saat berwisata. Perjalanan sebuah menuju tempat berwisata kadang juga terasa sangat membosankan sehingga para pemadu wisata harus siap siaga dengan menyiapkan berbagai macam hiburan/cara agar membuat para wisata kembali merasa nyaman dengan perjalanan yang dilalui. Anologinya pengajarpun harus selalu pintar-pintar membuat para murid berusaha merasakan kenyamanan dalam sebuah pembelajaran.
Iwan Pranoto menuliskan “Pemandu wisata tak pernah berkata ke wisatawan “jalan ke danau itu susah biar saya saja yang melihat danaunya, nanti saya yang ceritakan dan potretkan ke Anda sekalian .” namun menyedihkan praktik ini justru kerap di terapkan di kelas yakni pengethuan dan gagasan dikunyahkan dirangkumkan lalu dipotretkan menjadi ringkasan atau rumus cepat dan murid cukup mengingatnya...” dalam kalimat ini menegaskan pemadu wisata haruskah membiarkan para wisatawannya melalui jalan untuk mencelakakan para pewisatanya?. Tentu para wisata telah memikirkan dan mungkin mempermudah jalan menuju danau agar para pewisata tidak celaka ketika melakukan perjalanan ke danau tersebut tanpa mengurangi keindahannya sekalipun. Analoginya apakah seorang pengajar harus menyampaikan suatu hal yang berbelit-belit untuk semua muridnya tentu juga pengajar diberikan waktu yang semaksimal mungkin untuk batas mengajarnya.

Okta Viyani Ningsih, Mahasiswa Universitas PGRI Semarang.

Semarang 29 mei 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar