Perbandingan
Bersekolah dan Berwisata
Berdasarkan
sebuah artikel yang berjudul “Seandainya Bersekolah Itu Berwisata”. Yang
dikirim oleh saudara Iwan Pranoto yang diterbikan oleh Kompas pada jumat, 20
Mei 2016.
Sekolah
adalah sebuah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk mendapatkan
ilmu/pelajaran dari lembaga pendidikan swasta maupun negeri. Berwisata adalah
sebuah kegiatan untuk menghibur diri dan dilengkapi jasa-jasa pemandu touring. Jadi
dalam artikel yang ditulis oleh saudara Iwan Pranoto ini menurut saya sangat
menarik karena jika bersekolah dibaratakan seperti berwisata pasti akan sangat
menyenangkan dan tidak membosankan seperti pada umumnya.
Banyak
orang jika mendengar kata “berwisata” pasti akan langsung gembira dan
bersemangat, namun jika orang mendengar kata “bersekolah” pasti sebagian orang
pasti merespon dengan mengeluh. Saya setuju dengan salah satu kutipan “Setelah
menetapkan pilihan program wisatanya,wisatawan melakukan perjalanan wisata ke
daerah tertentu dengan didampingi pemandu. Analoginya, murid berwisata ke “alam
ilmu pengetahuan “dengan guru yang mendampingi.” Itu artinya murid dapat
memilih pengajar yang ia sukai, namun masalahnya jika pemandu ketika kita
berwisata “dapat kita ganti” karena masalah tidak ketidak nyamannya dalam
melaksanakan tugasnya. Tapi jika murid memilih pengajar yang tidak nyaman
untuknya, kebanyakan dari mereka tidak dapat melalukan protes seperti saat
berwisata. Perjalanan sebuah menuju tempat berwisata kadang juga terasa sangat
membosankan sehingga para pemadu wisata harus siap siaga dengan menyiapkan
berbagai macam hiburan/cara agar membuat para wisata kembali merasa nyaman
dengan perjalanan yang dilalui. Anologinya pengajarpun harus selalu
pintar-pintar membuat para murid berusaha merasakan kenyamanan dalam sebuah
pembelajaran.
Iwan
Pranoto menuliskan “Pemandu wisata tak pernah berkata ke wisatawan “jalan ke
danau itu susah biar saya saja yang melihat danaunya, nanti saya yang ceritakan
dan potretkan ke Anda sekalian .” namun menyedihkan praktik ini justru kerap di
terapkan di kelas yakni pengethuan dan gagasan dikunyahkan dirangkumkan lalu
dipotretkan menjadi ringkasan atau rumus cepat dan murid cukup mengingatnya...”
dalam kalimat ini menegaskan pemadu wisata haruskah membiarkan para wisatawannya
melalui jalan untuk mencelakakan para pewisatanya?. Tentu para wisata telah
memikirkan dan mungkin mempermudah jalan menuju danau agar para pewisata tidak
celaka ketika melakukan perjalanan ke danau tersebut tanpa mengurangi
keindahannya sekalipun. Analoginya apakah seorang pengajar harus menyampaikan
suatu hal yang berbelit-belit untuk semua muridnya tentu juga pengajar
diberikan waktu yang semaksimal mungkin untuk batas mengajarnya.
Okta Viyani Ningsih, Mahasiswa Universitas PGRI Semarang.
Semarang 29 mei 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar